Sunday, January 26, 2014

Contoh Makalah Pendidikan Tinjauan Filosofis tentang Pendidik



TINJAUAN FILOSOFIS TENTANG PENDIDIK

BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Pendidik
Dari segi bahasa “pendidik’ menurut WJS Poerawadarmita adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik. Istilah tentang pendidik mengacu kepada seseorang yang memberikan pengetahuan, keterampilan atau pengalaman kepada orang lain. Secara fungsional menunjukan kepada seseorang yang melakukan kegiatan dan memberikan penegtahuan, keterampilan, pendidikan, pengalaman, dsb.
Menurut pendapat Ahmad Tafsir, pendidik dalam Islam sama dengan teori barat, yaitu siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik. Selanjutnya ia mengatakan bahwa dalam Islam  orang yang paling bertanggung jawab adalah orang tua yang memikul pertanggung jawaban untuk mendidik, yaitu manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab tentang pendidikan si terdidik.
B.      Tugas Pendidik
1.       Mengkomunikasikan pengetahuan.
Guru harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang bahan yang akan diajarkannya, mereka tidak boleh berhenti belajar, karena pengetahuan yang akan diberikan kepada anak didiknya terlebih dahulu harus dipelajarinya.
2.       Sebagai model.
Dalam bidang studi yang diajarkannya merupakan sesuatu yang berguna dan dipraktekkan dalam kehidupannya sehari-hari, sebagai model atau contoh nyata dari apa yang dikehendaki oleh mata pelajaran tersebut.
3.       Menjadi model sebagai pribadi.
Seorang guru haruslah berdisiplin, cermat berpikir, mencintai pelajarannya, atau yang mematikan idealisme dan picik dalam pandangannya.

C.      Keutamaan Mengajar
Nabi saw. bersabda : "Barang siapa mempelajari satu bab dari ilmu untuk diajarkannya kepada manusia, maka ia diberikan pahala tujuh puluh orang siddiq (orang yang selalu benar, membenarkan Nabi, seperti Abu Bakar Siddiq)." 
Pada suatu hari Rasulullah keluar berjalan-jalan, lalu beliau melihat dua majelis. Majelis yang satu berdo'a kepada Allah dengan sepenuh hati. Sedangkan majelis yang satunya lagi mengajar manusia. Maka nabi saw. bersabda : "Adapun mereka itu memohon kepada Allah swt, jika dikehendaki-Nya maka dikabulkan-Nya, jika tidak maka ditolak-Nya. Sedangkan mereka yang satu majelis lagi, mengajarkan manusia dan aku ini diutus untuk mengajar. Kemudian nabi saw menoleh ke majelis orang mengajar, lalu duduk bersama mereka."
Guru mengolah manusia yang dianggap makhluk yang paling mulia dari seluruh makhluk Allah. Oleh karenanya pekerjaan mengajar amat mulia, karena mengolah manusia tersebut. Bukan itu saja keutamannya, guru mengolah bagian yang mulia dari antara anggota-anggota manusia, yaitu akal dan jiwa dalam rangka menyempurnakan, memurnikan, dan membawanya mendekati Allah semata."
Berikut adalah fadillah mengajar:

Contoh Makalah Pendidikan Bahasa Indonesia



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Penulisan

 Bahasa merupakan salah satu alat untuk mengadakan interaksi dengan manusia yang lain. Bahasa tidak dapat dipisahkan dengan manusia, karena dengan adanya bahasa kita dapat berhubungan dengan masyarakat lain yang akhirnya melahirkan komunikasi dalam masyarakat. Diperlukan satu bahasa pemersatu untuk menyatukan satu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya, yaitu Bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia bukanlah bahasa yang sulit untuk digunakan, tetapi bahasa Indonesia juga tidak dapat diremehkan penggunaannya. Agar komunikasi dapat berjalan dengan baik, maka setiap orang dianjurkan untuk menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, sesuai dengan kaidah tata bahasa baku.
Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan yang baku dalam penggunaannya, namun dalam prakteknya sering terjadi penyimpangan dari aturan yang baku tersebut. Kata-kata yang menyimpang disebut kata tidak baku. Hal ini terjadi adanya faktor lingkungan yang mengakibatkan daerah yang satu berdialek berbeda dengan dialek di daerah yang lain, walaupun menggunakan bahasa yang sama, yaitu Bahasa Indonesia.
Setiap kosa kata dalam bahasa Indonesia telah tetulis dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) dan telah disempurnakan penulisan maupun pengucapannya dalam EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) serta telah melewati fase kajian berbagai ilmu seperti ilmu bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman, yang kemudian disebut dengan istilah “kata baku”.
Menilai hal ini adalah sesuatu yang tidak dapat dianggap remeh, maka disusunlah makalah ini untuk memberikan penjelasan dan pemahaman bagaimana tata bahasa baku yang baik dan benar sesuai dengan kaidah kebahasaan dalam Bahasa Indonesia.

B.     Rumusan Masalah

 Dalam pembahasan berikut ini akan kita bahas hal-hal yang berkaitan dengan Tata Bahasa Baku, antara lain:
1.      Apa pengertian kata baku dan kata tidak baku?
2.      Apa fungsi bahasa baku?
3.      Apa ciri-ciri kata baku dan contohnya?
4.      Apa saja contoh-contoh kata baku dan kata tidak baku?
5.      Dimana saja kata baku wajib digunakan?
6.      Apa pangertian kalimat baku?
7.      Apa contoh-contohnya?

C.    Tujuan Penulisan

 1.      Untuk memahami secara garis besar tentang bahasa baku.
2.      Untuk mengetahui kata-kata yang selama ini mengalami kerancuan dalam pemakaian, penulisan dan pelafalannya.
3.      Untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar dengan memperhatikan kaidah tata bahasa baku. 

 BAB II
PEMBAHASAN

       A.    Pengertian Kata Baku

 Kata-kata baku adalah kata-kata yang standar sesuai dengan aturan kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman. Kebakuan kata amat ditentukan oleh tinjauan disiplin ilmu bahasa dari berbagai segi yang ujungnya menghasilkan satuan bunyi yang amat berarti sesuai dengan konsep yang disepakati terbentuk. Sedangkan

Wednesday, January 22, 2014

Contoh Makalah Pendidikan Metode Pendidikan Islam



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah

Di era multikulturalisme dan pluralisme ini, pendidikan Islam mendapat banyak tantangan karena dianggap tidak mampu membebaskan peserta didik dari eksklusivitas agama. Wacana kafir-iman, surga-neraka, benar-salah, halal-haram selalu menjadi bahan pelajaran penting yang tidak boleh ditinggalkan. Pelajaran tersebut hanya bertujuan untuk menguatkan keimanan seseorang terhadap agama tanpa dibarengi dengan kesadaran toleransi atau menghormati agama lain. Di sekolah-sekolah Islam, dari pendidikan yang paling bawah (madrasah ibtidaiyyah), sampai perguruan tinggi, fenomena ini tumbuh dengan subur.
Pendidikan Islam yang bernuansa doktrinal ini menciptakan kesadaran umatnya untuk memandang agama lain dengan berbeda, bahkan nyaris bermusuhan. Karena inilah pendidikan Islam dianggap gagal mencetak kader umat yang santun dan toleran. Itu sebabnya, hubungan antar manusia dan antar agama saat ini sudah harus mengalami pergeseran pola (paradigm shift).

Kalau dulu, hubungan antaragama ditandai dengan antagonisme polemik dan upaya untuk menundukkan dan mengajak pihak lain ke agama kita. Saat ini, hubungan tersebut lebih menekankan dialog dan pengertian.

Kegagalan pendidikan Islam dalam mengembangkan semangat toleransi dan pluralisme agama akan membangkitkan semangat radikal Islam. Sebaliknya, keberhasilan dalam menumbuhkan toleransi beragama sangat bergantung pada kemampuan umat Islam untuk menanamkan kesadaran masyarakat melalui instrument pendidikan. Seharusnya, pendidikan Islam mampu menumbuhkan daya kritis dan kreatif, akar kecerdasan personal, sosial, dan kemanusiaan. Orientasinya bukanlah hanya kemampuan ritual dan keyakinan tauhid, melainkan juga akhlak sosial dan kemanusiaan.

Pendidikan yang keliru akan melahirkan jiwa yang beku, sikap otoriter, sikap menang sendiri, dan kekerasan. Keterkejutan banyak pihak atas perilaku sadis dan kekerasan yang menjatuhkan ribuan korban jiwa banyak berkaitan dengan model pembelajaran keagamaan yang doktrinatif.

Oleh karena itu, sudah tiba saatnya bagi kita untuk membebaskan pendidikan Islam dari doktrin-doktrin agama yang intoleran menuju pendidikan Islam yang pluralis. Karena seharusnya, pendidikan menjadi proses pemerdekaan, bukan menjadi sarana untuk menebar doktrin-doktrin yang dianggap paling benar.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat ditarik beberapa rumusan masalah berikut, antara lain:
1.      Perlukah kita merenovasi atau merekonstruksi ulang metode pendidikan agama Islam yang cenderung banyak mengandung doktrin-doktrin keagamaan yang intoleran terhadap agama lain?
2.      Seperti apakah wajah pendidikan agama Islam di era pluralisme ini?

C.    Tujuan Penulisan
Beranjak dari ketertarikan kami untuk mengkaji kembali metode pendidikan Islam yang diterapkan ditanah air ini, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Meninjau kembali relevansi pendidikan Islam yang diterapkan di Indonesia
2.      Mengkaji dan mengetahui metode pendidikan Islam dan tujuan sebenarnya dari pendidikan Islam.
D.  Metode penelitian
Mengenai sistem penulisan lebih banyak menggunakan analisa pustaka. Sedangkan dalam metode penelitian di dalam tulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:       
1.      Jenis penelitian
Sebagaimana dipaparkan sebelumnya dalam tulisn ini disajikan dalam penelitian pustaka (Library Research).
2.      Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data di sini kami melakukan proses pegumpulan data primer dan sekunder yang erat kaitannya dengan topik yang dibahas, baik dari buku-buku tentang pendidikan maupun literatur-literatur lainnya yang berhubungan dan mendukung guna melengkapi keperluan penelitian.                                                                                 
BAB II
PEMBAHASAN
A.   Wajah Pendidikan Islam di Era Pluralisme.
Pendidikan agama yang telah menjadi sub pendidikan nasional tidak luput dari telaah teoritik baik dari aspek normatif maupun historisnya. Secara historis, praktik pendidikan agama, sejak penyusunan kurikulum, metode pengajaran, silabi guru, dosen, pilihan buku wajib, sumber dana penyelenggaraan sekolah, model penataran guru-guru agama, akses guru agama dalam memahami isu pluralitas atau kemajemukan penganut agama-agama ditanah air, perlu dicermati atau diteliti satu persatu.
Dalam berbagai dialog antaragama, para guru agama kurang atau bahkan tidak pernah didikut sertakan. Dialog antar agama hanya melibatkan tokoh-tokoh elit organisasi keagamaan. Seakan-akan, seorang guru tidak ada daya jual atau dianggap terlalu rendah untuk sekedar duduk bersama para kaum elite. Ironisnya, guru agama sebagai ujung tombak pendidikan agama, dari TK sampai perguruan tinggi, nyaris tidak tersentuh oleh gelombang pergumulan pemikiran dan diskursus pemikiran seputar isu-isu pluralisme. Dengan demikian, dalam pemikiran mereka, pada umumnya, masih terpanggil untuk mengajarkan agama dengan materi, cara dan metode yang sama dengan asumsi dasar.Mereka sesungguhnya adalah barisan terdepan dan ujung tombak yang masih cukup berwibawa untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan yang kondusif untuk mencegah melebar dan meluasnya konflik dan kerusuhan antar umat beragama sejak bangku sekolah atau kuliah.

Makalah Pendidikan tentang Psikologi Perkembangan pada Anak



BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah
Setiap hal yang ada di dunia ini adalah sesuatu yang pernah tidak ada menjadi ada. Begitupun halnya dengan makhluk hidup, baik hewan, tumbuhan, terlebih lagi manusia. Semua tidak begitu saja lantas ada  tanpa melalui suatu proses. Setelah sesuatu itu ada, kemudian ia lantas tumbuh dan berkembang dari kecil menjadi besar. 
Menurut Werner (1969) yang ditulis kembali oleh Siti Rahayu Haditono, pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan  tidak begitu saja dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali. Perkembangan pada manusia meliputi perkembangan mental (psikis) dan  perkembangan raga (pisik). Perkembangan mental adalah suatu proses perubahan yang sistematis dan tersusun oleh suatu kesatuan budaya, masyarakat, kelompok atau individu itu sendiri.[1]
Perkembangan pada manusia dibagi dalam beberapa fase yang dikelompokkan berdasarkan tingkatan usia. Setiap tingkatan usia memiliki ciri dan keunikan tersendiri. Fase tersebut terdiri atas perkembangan janin, bayi, balita, anak-anak, remaja, dan dewasa. Puncak dari fase perkembangan ini adalah pada fase remaja. Mengapa? Sebab pada fase inilah terjadinya perubahan yang sangat drastis dalam diri seorang manusia yang juga dianggap sebagai jembatan antara dunia anak-anak dan dunia kedewasaan. Pada fase ini pula seseorang akan mengalami masa pubertas, yaitu adanya perubahan yang sangat signifikan yang sangat menonjol baik secara fisik maupun psikis menuju persiapan menjadi seorang dewasa. Selain itu, pada masa remaja pula seseorang akan mengalami pergolakan yang luar biasa dalam mencari jati diri, menetukan kemana arah tujuan hidupnya akan diarahkan. Lalu seperti apakah sebenarnya tanda-tanda seseorang telah mengalami memasuki masa remajanya?

B.   Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, akhirnya memunculkan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.    Apa saja ciri-ciri atau sifat-sifat yang timbul pada masa remaja dan pubertas?
2.    Apa saja perilaku menyimpang yang timbul pada usia remaja dan bagaimana cara mengatasinya?

BAB II
PEMBAHASAN

A.   Ciri-ciri masa remaja dan pubertas
1.    Masa Remaja
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan fisik dan psikis. Perubahan fisik akan tampak jelas di mana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang juga disertai dengan perkembangan kapasitas reproduktif. Selain itu remaja juga berubah secara kognitif dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa.[2]
Menurut  Konopka (1973) dalam Pikunas (1976) dan Ingersoll (1989), secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
a)    Masa remaja awal (12-15 tahun)
Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anakan berusaha mengembangkan diri  sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orang tua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebaya.
b)    Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)
Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran  yang penting, namun individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri (self-directed). Pada masa ini remaja mulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan impulsivitas, dan membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.
c)    Masa remaja akhir (19-22 tahun)
Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan tujuan vokasional dan mengembangkan sense of  personal identity. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalasm kelompok teman sebaya dan orang dewasa, juga menjadi ciri dari tahap ini.[3]
Adapun yang menjadi ciri-ciri masa remaja menurut Lerner dan Hultsch (1983:318-320) yang dikutip kembali oleh DR. Hendriati Agustiani,  antara lain meliputi:
a)    Perubahan fisik
Perubahan fisik pada remaja tentunya sangat dipengaruhi oleh berkembangnya seksualitas. Homon-hormon baru diproduksi  oleh kelenjar endokrin yang mempengaruhi hormon estrogen pada anak perempuan dan hormon testosteron pada anak laki-laki.  Kedua hormon akan membawa perubahan dalam ciri-ciri seks primer dan memunculkan ciri-ciri seks sekunder.
b)    Perubahan emosionalitas
Akibat langsung dari perubahan fisik dan hormonal tadi akan berdampak pada perubahan emosional remaja yang juga dipengaruhi oleh lingkungan yang terkait dengan respon dari perubahan badaniah tersebut. Hormonal menyebabkan perubahan seksual dan menimbulkan dorongan-dorongan dan perasaan-perasaan baru. Seorang remaja akan merasakan hal-hal baru yang belum pernah dirasakan sebelumnya yang berkaitan dengan perasaannya. Seperti jadi lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya, pada pendapat orang lain tentang dirinya, perasaan jatuh cinta, amarah yang menggebu-gebu dsb. Hal ini juga menjadi semakin kompleks saat mendapat pengaruh sosial sebagai respon dari perubahan emosionalnya.
c)    Perubahan kognitif
Pola pikir seorang remaja juga akan mengalami perubahan dan perkembangan. Seorang remaja akan mulai tertarik memikirkan hal-hal yang dahulu saat masih anak-anak adalah sesuatu yang tidak penting  baginya. Mereka akan mulai berpikir kritis dan rasa ingin tahu yang kuat terhadap segala hal yang terjadi disekitarnya baik yang berhubungan langsung dengannya maupun tidak.
d)    Implikasi sosial
Pada fase ini, seorang remaja bukan lagi sekedar mempertanyakan siapa dirinya, tapi bagaimana dan dalam konteks apa atau dalam kelompok apa dia bisa jadi bermakna dan dimaknakan. Timbulnya keinginan untuk diakui, keinginan untuk memperkuat rasa percaya diri dan keinginan untuk menegaskan kemandirian menjadi hal yang sangat penting bagi mereka.

      2.    Masa Pubertas
Masa pubertas disebut sebagai masa bangkitnya kepribadian ketika minatnya lebih ditujukan kepada perkembangan pribadi sendiri. Pribadi itulah yang menjadi pusat pikirannya. Ada beberapa sifat-sifat yang menonjol pada masa ini, yang tidak sama kuatnya dimiliki pada semua remaja, antara lain:
a.    Pendapat lama ditinggalkan
Mereka ingin menyusun pendirian yang baru. Pada sat-saat mencari kebenaran itu segala sesuatunya berubah menjadi tidak berketentuan.
b.    Keseimbangan jiwanya terganggu
Mereka suka menentang tradisi, mengira mereka sanggup menentukan pendapatnya tentang segala masalah kehidupan. Mereka menggunakan pendiriannya sendiri sebagai pedoman hidupnya. Karena itu sikap dan perbuatannya serba tidak tenang.
c.    Suka menyembunyikan isi hatinya
Remaja puber suka mwenjadi teka-teki, karena sukar diselami jiwanya. Baik perbuatan maupun tindakannya tidak dapat dijadikan pedoman untuk menentukan corak kejiwaannya. Sebentar ia bertindak kasar, kemudian ia tampak lemah lembut, kadang-kadang ia suka melamun, kemudian ia tampak giat dan kembali gembira.
d.    Masa bangunnya perasaan kemasyarakatan
Padsa masa ini sudah mulai terjalin persahabatan karena dorongan bersatu dengan teman sebaya semakin bertambah kuat, tetapi sikapnya masih menentang kewibawaan orang dewasa. Mereka lebih memperhatikan ejekan teman daripada ejekan orang dewasa. Mereka mendirikan perkumpulan  yang mereka susun sendiri peraturannya, mereka memilih ketuanya, tetapi umur perkumpulan itu biasanya tidak tahan lama.
e.    Perbedaan sikap pemuda dan sikap anak gadis
Perbedaan antara pemuda dan gadis besar sekali, khususnya dalam perbedaan dorongan seksual yang juga mempengaruhi cara berpikir dan perasaan. Laki-laki cenderung lebih menggunakan logika ketimbang perasaannya, sedangkan perempuan sebaliknya. Namun pada masa pubertas ini, anak lelaki mempunyai keinginan seksual yang timbul dengan sendirinya dan dialaminya lebih kuat dirasakannya ketimbang anak perempuan.[4]

B.   Perilaku menyimpang pada remaja dan solusinya
1.    Pengertian perilaku menyimpang pada remaja
Sebelum mambahas masalah-masalah yang menjadi penyebab terjadinya anak remaja bermasalah, akan lebih baik kalau kita bahas  terlebih dahulu tentang pengertian anak remaja bermasalah. Pengertian anak remaja bermasalah dalam makalah ini ada dua muatan yaitu :
a)    Anak remaja bermasalah berarti anak remaja  yang sedang memiliki/menghadapi masalah dalam dirinya. Contohnya adalah remaja menghadapi masalah pacar, hambatan gagal dalam studi, tidak diterima lagi oleh kelompoknya, konflik dengan orang tua dan sebagainya.
b)    Anak remaja bermasalah berarti anak remaja yang menimbulkan masalah terhadap orang/pihak lain. Pengertian kedua ini pada dasarnya searti dengan anak remaja yang berperilaku menyimpang atau yang lebih dikenal dengan kenakalan remaja, seperti tawuran, penyalahgunaan NARKOBA, minum-minuman keras, melakukan tindakan yang mengganggu lingkungan dan sebagainya.
Kalau ada anak remaja bermasalah berarti pada proses tumbuh kembangnya, anak remaja tersebut sedang mengalami gangguan sekaligus telah terjadi sesuatu yang salah dalam pembentukan jati dirinya. Beberapa faktor yang menyebabkan anak remaja bermasalah antara lain :
1.    Keluarga yang gagal dalam melaksanakan fungsinya (disfungsional keluarga).
Keluarga memiliki fungsi sebagai tempat pembentukan kepribadian anak remaja yang pertama, sehingga keluarga memegang peranan utama dalam proses perkembangan anak. Lingkungan yang pertama yang memberikan pengaruh mendalam adalah lingkungan keluarga.

2.    Komunikasi orang tua dan anak yang tidak sehat.
Sebuah keluarga yang anggotanya (khususnya antara orang tua dan anak) tidak sering berkomunikasi, atau ada komunikasi tapi bersifat otoriter dan tidak dialogis akan mengakibatkan munculnya suasana keluarga yang tidak sejuk, bahkan akan muncul suasana yang gersang dan panas. Seorang anak remaja akan sulit tumbuh berkembang menjadi anak yang sehat bila tidak ada komunikasi yang sehat antara orang tua dan anak.
3.    Perlakuan pengasuhan dan cara mendidik anak yang kurang tepat.
pepatah kuno, “Katakan pada anak bahwa ia buruk, maka ia benar-benar akan menjadi buruk”. Memang anak-anak sering menjadi apa yang dikatakan oleh orang tuanya. Dalam budaya Jawa ada ungkapan “ojo nyepatani anak”. Ungkapan-ungkapan yang tidak mendidik kadang-kadang keluar tanpa disengaja. Hal ini biasanya terjadi karena orang tuanya sedang kesal oleh berbagai masalah keluarga dan pekerjaan namun anak tidak tahu atau tidak mau tahu.

      Beberapa perlakuan orang tua yang kurang tepat / tidak dewasa antara lain :
a)    Sangat melindungi dan memanjakan anak (over proteksi atau sebaliknya).
b)    Hanya memberikan kepuasan lahiriah / materi saja dalam usaha mempengaruhi dan mendidik anak-anak dan kurang memberi kepuasan dan kehangatan batiniah.
c)    Sangat menguasai anak secara autokratis dan memperlakukan anak dengan keras. Memperlihatkan kekhawatiran tentang masa depan secara demonstratif dihadapan anak-anak.
d)    Materialistik dan mengabaikan nilai-nilai agama


2.    Berbagai perilaku menyimpang pada remaja
Perilaku-perilaku menyimpang pada remaja antara lain :
a.    Penggunaan narkoba
Remaja yang menggunakan narkoba bukan berarti memiliki moral yang lemah. Banyaknya zat candu yang terdapat pada narkoba membuat remaja sulit melepaskan diri dari jerat narkoba jika tidak dibantu orang-orang sekelilingnya.
b.    Mengonsumsi alkohol
Alkohol merupakan substansi utama yang paling banyak digunakan remaja dan sering berhubungan dengan kecelakaan kendaraan bermotor yang merupakan penyebab utama kematian remaja. Menurut Clinical and Experimental Research, remaja yang mengonsumsi alkohol, daya ingatnya akan berkurang hingga 10 persen. Substance Abuse and Mental Health Services Administration juga mengatakan bahwa 31 persen remaja yang minum alkohol mengaku stres dan memiliki Attention-Deficit Disorder (ADD) karena jarang diperhatikan oleh orang tua.
c.    Hubungan Seksual Pra Nikah
Beberapa faktor yang mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah adalah membaca buku porno dan menonton blue film. Adapun motivasi utama melakukan senggama adalah suka sama suka, pengaruh teman, kebutuhan biologis dan merasa kurang taat pada nilai agama.
d.    Aborsi
Aborsi merupakan salah satu tindak lanjut dari seks pranikah. Kehamilan yang tidak diinginkan kedua pihak dan ketakutan akan dihakimi orang tua bahkan masyarakat, maka aborsi adalah pilihan utama untuk menutupi aib. Pengetahuan seks yang kurang menjadi salah satu pemicunya.
e.    Kecanduan Game
Terlalu sering bermain game akan membahayakan fisik dan psikologisnya. Seperti dikutip dari PsychiatricTime, alasan anak-anak bermain game adalah ingin mencoba sesuatu yang baru dan untuk menghilangkan stres akibat tugas sekolah atau karena suatu masalah. Seorang anak boleh saja bermain game, asalkan waktunya dibatasi dan hal yang terpenting adalah pemilihan game yang tepat untuk anak-anak.
f.     Perubahan ideologi
Masa remaja sering dikaitkan dengan masa mencari jati diri. Akibatnya mereka mudah dimasuki ideologi-ideologi dari luar dan jika ideologi itu terus dipupuk akan menyebabkan sifat idealis di kemudian hari. Sifat idealis yang terus berkembang bisa menyebabkan perbedaan pandangan dengan keluarga, dan akhirnya remaja memilih melepas keluarga dan melanjutkan ideologinya. Seperti contoh peristiwa bom bunuh diri di Hotel Marriot dan Ritz Carlton Juli 2009, tersangkanya adalah remaja lulusan SMA yang mau melakukan aksi tersebut karena telah didoktrin jalan tersebut adalah jihad.
g.    Tindak kekerasan fisik
Tindak kekerasan adalah perilaku menyimpang. Kekerasan secara fisik merupakan jenis penyimpangan yang mudah sekali terjadi. Penyimpangan ini bisa jadi berupa sebuah pukulan, tamparan, gigitan, melempar, dan aksi lainnya yang bisa menyebabkan luka fisik, meninggalkan bekas, dan menyebabkan rasa sakit yang sangat.
h.    Kekerasan emosional
Hal ini sangat sulit dikenali, karena tidak ada tanda-tanda fisik. Kekerasan emosional terjadi saat berteriak dan marah yang berlebihan atau saat orang tua secara langsung mengkritik, mengecam, atau membuat takut anak atau remaja hingga menyebabkan rasa percaya diri dan penghargaan diri si anak rusak.
i.      Tindakan kriminal
Tindakan kriminal biasanya selalu berkaitan dengan tindakan yang mengganggu ketenteraman umum dan akan memerlukan tinkadakan dari aparatur negara (polisi), seperti tawuran, pencurian, pemerkosaan hingga pembunuhan.
Remaja gampang disusupi hal-hal negatif di atas karena jiwanya masih labil. Orangtua harus tanggap terhadap perilaku anak yang berubah agar jika sudah ada gejala-gejala yang aneh bisa segera diselamatkan sejak awal. Komunikasi yang bagus menjadi kunci anak mau berterus terang kepada orangtuanya serta pengajaran akhlak.

3.    Upaya-upaya mengatasi penyimpangan perilaku pada remaja
Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah penyimpangan perilaku pada remaja. Tingkat keberhasilannya sendiri akan ditentukan oleh keseriusan semua pihak yang terkait dalam mengupayakannya, tentunya juga dari si anak remaja itu sendiri. Harus ada keinginan kuat dalam dirinya pribadi untuk mengubah dan mempernaiki dirinya ke arah yang lebih baik.
Memang bukan pekerjaan mudah untuk ‘”mengobati” anak dari penyimpangan yang telah menjadi bagian dari aktivitas hidup yang telah terlanjur dialaminya. Ibarat semen yang telah mengeras, butuh usaha ekstra untuk mencairkannya kembali dan semua butuh waktu yang tidak instan.
Setiap perilaku penyimpangan tersebut tentunya memerlukan tindakan pertolongan yang berbeda-beda pula. Namun secara garis besar, tinkana yang perlu dilakukan adalah dengan menciptakan koordinasi yang baik dan aktif antara orang tua, guru, masyarakat dan pihak-pihak yang terkait dalam mengentaskan masalah yang terlanjur ditimbulkan oleh remaja tersebut. Tapi perlu ddiingat juga jangan sampai ada sedikitpun kesalahan dalam tindakan tersebut, misalnya terlalu keras atau terlalu berlebihan yang bisa membuat remaja tersebut merasa “diserang”. Hal ini justru akan menimbulkan dampak yang lebih buruk dai sebelumnya.
Namun dibalik semua upay tersebut hal yang paling utama yang harus dilakukan adalah dengan melakukan pencegahan yang dapat dimulai sedari dini.
Beberapa upaya yang harus dilakukan orang tua untuk mencegah timbulnya penyimpangan perilaku pada anak diantaranya:
a.    Memberikan perhatian yang lebih terhadap perkembangannya.
b.    Melakukan pendekatan persuasif dan intern untuk mengetahui masalah apa saja yang tengah dihadapinya.
c.    Bersikap hangat dan terbuka dalam menerima semua pendapat dan aspirasi yang diutarakan si anak.
d.    Tidak menjudge setiap tindakan si anak, terlebih dengan perkataan yang dapat menyakiti perasaannya.
e.    Memberikan rasa aman dan suasana yang nyaman di dalam rumah.
f.     Menghilangkan kesan kaku, otoriter dan overprotektive dalam mendidik anak.
g.    Memperlakukan secara adil dalam setiap keputusan baik yang berhubungan dengan sesama saudaranya maupun atas dirinya sendiri.
h.    Memberikan pengertian dan nasehat kepada anak dengan cara yang baik, bersahaja dan bersahabat dan dengan bahasa yang dapay dipahaminya sehingga ia tidak menerimanya sebagai sebuah tuntutan tetapi sebagai sebuah bimbingan kasih sayang.
i.      Dan satu hal yang paling penting adalah memberikan pengetahuan agama yang lebih baik dengan ucapan terlebih-lebih dengan memberikan contoh tauladan dari orang tuanya sendiri. Ilmu agama yang cukup yang dibarengi dengan pengamalan dalam kehidupan sehari-hari akan memebrikan dampak yang luar biasa dalam tatanan kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Kalau ada anak remaja bermasalah berarti pada proses tumbuh kembangnya, anak remaja tersebut sedang mengalami gangguan sekaligus telah terjadi sesuatu yang salah dalam pembentukan jati dirinya.
Remaja yang biasanya ceria, akrab dengan keluarga tiba-tiba mengucilkan diri. Kebanyakan orangtua berprasangka anaknya terjerat narkoba jika perilakunya berubah.Tapi ada faktor lain yang bisa membuat perilaku remaja tiba-tiba berubah menjadi tertutup dan mengasingkan diri dari keluarga.
Masa remaja adalah periode transisi dari anak-anak ke dewasa. Remaja mulai banyak terpengaruh faktor lingkungan dan sudah memiliki sosok yang dimaunya seperti penyanyi top, politisi, tokoh agama dan lainnya.
Usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan dalam aspek kognitif, emosi dan sosial. Namun proses pematangan fisik pada remaja terjadi lebih cepat dari proses pematangan psikologinya. Hal ini sering menyebabkan berbagai masalah. Di satu sisi remaja sudah merasa matang secara fisik dan ingin bebas dan mandiri. Di sisi lain mereka tetap membutuhkan bantuan, dukungan, serta perlindungan orang tua.
Orang tua sering tidak paham dengan perubahan yang terjadi pada remaja sehingga tidak jarang terjadi konflik di antara keduanya. Karena merasa tidak dimengerti remaja seringkali memperlihatkan tindakan agresif yang dapat mengarah pada perilaku berisiko tinggi.
B.   Saran-saran

Siapapun orang tua pasti tidak menginginkan hal yang sedemikan terjadi pada buah hatinya. Begitupun si anak sendiri, tidak ada satupun dari mereka yang ingin hidupnya menjadi kacau dan bermasalah.
Oleh karena itu, dibutuhkan komunikasi yang baik antara si anak dengan orang tua sebagai pemegang tanggung jawab utama terhadap perkembangan anak. Membekali anak dengan pendidikan yang memadai baik pendidikan umum terlebih pendidikan agama.

Daftar Rujukan
 Agustiani, Hendriati. Psikologi Perkembangan, Bandung: Refika Aditama, 2006
 Zulkifli, DRS, Psikologi Perkembangan, Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2005
 Monks, FJ, Knoers, AMP, Haditono, Siti Rahayu, Psikologi Perkembangan, Yokyakarta: Gajah Mada University Press, 2006.




[1] Agustiani, Hendriati. Psikologi Perkembangan, Bandung: Refika Aditama, 2006. Hlm 3.
[2] Agustiani, Hendriati, Psikologi Perkembangan, Bandung: Refika Aditama, 2009. Hal 28.
[3] Agustiani, Hendriati, Psikologi Perkembangan, Bandung: Refika Aditama, 2009. Hal 29
[4] Zulkifli, DRS, Psikologi Perkembangan, Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2005. Hal 70

Wahai Diriku....

Dzikir inilah yang setiap hari paling sering kita lafadzkan....

Suamiku....suamiku
Istriku.......istriku
Anakku......anakku
Hartaku.....hartaku
Pangkatku...pangkatku

Lalu mana....
Allah-ku......Allah-ku
Selamatkan aku...Selamatkanlah aku
Ampuni aku......Ampunilah aku


uje - - - huruf kecil saja