TINJAUAN FILOSOFIS TENTANG
PENDIDIK
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidik
Dari segi bahasa “pendidik’ menurut WJS
Poerawadarmita adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik.
Istilah tentang pendidik mengacu kepada seseorang yang memberikan pengetahuan,
keterampilan atau pengalaman kepada orang lain. Secara fungsional menunjukan
kepada seseorang yang melakukan kegiatan dan memberikan penegtahuan,
keterampilan, pendidikan, pengalaman, dsb.
Menurut pendapat Ahmad Tafsir, pendidik
dalam Islam sama dengan teori barat, yaitu siapa saja yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan anak didik. Selanjutnya ia mengatakan bahwa dalam
Islam orang yang paling bertanggung jawab adalah orang tua yang memikul
pertanggung jawaban untuk mendidik, yaitu manusia dewasa yang karena hak dan
kewajibannya bertanggung jawab tentang pendidikan si terdidik.
B.
Tugas Pendidik
1.
Mengkomunikasikan
pengetahuan.
Guru harus
memiliki pengetahuan yang mendalam tentang bahan yang akan diajarkannya, mereka
tidak boleh berhenti belajar, karena pengetahuan yang akan diberikan kepada
anak didiknya terlebih dahulu harus dipelajarinya.
2.
Sebagai
model.
Dalam bidang
studi yang diajarkannya merupakan sesuatu yang berguna dan dipraktekkan dalam
kehidupannya sehari-hari, sebagai model atau contoh nyata dari apa yang
dikehendaki oleh mata pelajaran tersebut.
3.
Menjadi
model sebagai pribadi.
Seorang guru
haruslah berdisiplin, cermat berpikir, mencintai pelajarannya, atau yang
mematikan idealisme dan picik dalam pandangannya.
C.
Keutamaan
Mengajar
Nabi saw. bersabda : "Barang
siapa mempelajari satu bab dari ilmu untuk diajarkannya kepada manusia, maka ia
diberikan pahala tujuh puluh orang siddiq (orang yang selalu benar, membenarkan
Nabi, seperti Abu Bakar Siddiq)."
Pada suatu hari Rasulullah keluar
berjalan-jalan, lalu beliau melihat dua majelis. Majelis yang satu berdo'a
kepada Allah dengan sepenuh hati. Sedangkan majelis yang satunya lagi mengajar
manusia. Maka nabi saw. bersabda : "Adapun mereka itu memohon kepada
Allah swt, jika dikehendaki-Nya maka dikabulkan-Nya, jika tidak maka
ditolak-Nya. Sedangkan mereka yang satu majelis lagi, mengajarkan manusia dan
aku ini diutus untuk mengajar. Kemudian nabi saw menoleh ke majelis orang
mengajar, lalu duduk bersama mereka."
Guru mengolah manusia yang dianggap makhluk yang paling mulia dari
seluruh makhluk Allah. Oleh karenanya pekerjaan mengajar amat mulia, karena
mengolah manusia tersebut. Bukan itu saja keutamannya, guru mengolah bagian
yang mulia dari antara anggota-anggota manusia, yaitu akal dan jiwa dalam
rangka menyempurnakan, memurnikan, dan membawanya mendekati Allah semata."
Berikut adalah fadillah mengajar:
1) Perbuatan mendidik/mengajar adalah perintah yang wajib dilaksanakan dan barang siapa mengelak dari kewajiban ini diancam dengan kekangan api neraka
2) Perbuatan mendidik/mengajar adalah perbuatan yang
terpuji dan mendapatkan pahala dari Allah dengan pahala yang sanga banyak
3) Perbuatan mendidik/mengajar adalah merupakan amal
kebajikan jariyah yang akan mengalirkan pahala selama ilmu yang diajarkan
tersebut masih diamalkan orang lain yang belajar ilmu tersebut
4) Perbuatan mendidik\mengajar adalah amal kebajikan yang
dapat mendatangkan maghfirah dari Allah
5) Perbuatan mendidik/mengajar adalah perbuatan yang
sangat mulia, karena mengolah organ manusia yang mulia
Sumber : Dra. Hj. Nur Uhbiyati, (ilmu pendidikan
islam, pustaka setia, bandung : 2005), cet. Ke-3, h.70
D.
Jenis-jenis
Pendidik
Jika kita
mencoba mengikuti petunjuk Al Qur’an, maka dijumpai informasi, bahwa pendidik
itu secara garis besar ada empat :
1.
Tuhan,
Allah SWT
Allah
SWT menginginkan umat manusia menjadi baik dan bahagia hidup di dunia dan di
akhirat. Karena itu, mereka harus memiliki etika dan bekal pengetahuan,
sehingga ALLah mengirimkan Nabi-nabi yang patuh dan tunduk kapadaNya untuk
menyampaikan ajaran Allah kepada umat
manusia sebagai petunjuk hidup di dunia dan di akhirat.
2.
Nabi
Muhammad SAW
Allah
meminta kepada Nabi Muhammad agar membina masyarakat dengan perintah untuk
berdakwah (QS Al Mudatsir:74).Rasulullah sebagai penerima Al Qur’an bertugas untuk
menyampaikan petunjuk-petunjuk yang ada dalam Al Qur’an yang dilanjutkan dengan
mensucikan dan mengajarkan manusia.
3.
Orang
tua
Orang
tua harus memiliki hikmah atau kesadaran tentang kebenaran yang diperoleh
melalui ilmu dan rasio, dapat bersyukur kepada Allah, suka menasehati anaknya
agar tidak mempersekutukan Allah, memerintahkan anaknya agar menjalankan
shalat, sabar dalam menghadapi cobaan dari allah SWT.
4.
Orang
lain
Ialah
seorang guru yang ditugaskan untuk mendidik anak orang lain, yang tentu saja
akan menimbulkan situasi psikologis yang berbeda. Agar tugas mendidik tersebut
tidak mengendor, maka ajaran agama dan
juga praktek dalam sejarah menetapkan beberapa aturan normatif yang dapat
memotivasi guru dalam mendidik. Salah satunya dengan memberikan kedudukan yang
tinggi dan terhormat kepadanya.
E.
Syarat-syarat
Pendidik
Syarat yang harus dimiliki pendidik diantaranya:
1.
Mencintai
jabatannya sebagai guru
2.
Bersikap adil
terhadap semua murid
3.
Berwibawa
4.
Guru harus
gembira
5.
Berlaku sabar dan
tenang
6.
Harus bersifat
manusiawi
7.
Bekerjasama
dengan guru lain
8.
Bekerjasama
dengan masyarakat
9.
Bertanggung jawab
terhadap kesejahtraan agama
10.
Beragama
11.
Mencintai anak
didik
12.
Mempunyai bahasa
yang baik
Dikutip dari Tim penyusun buku tek. ILMU
PENDIDIKAN ISLAM, ditjen binbaga islam, 1984, hal. 39-42
Ada tiga
persyaratan atau ciri dasar (sifat) yang selalu dapat dilihat pada setiap
profesional yang baik mengenai etos kerjanya. Yaitu:
1) Keinginan untuk menjunjung tinggi mutu pekerjaan (job quality);
2)
Menjaga harga diri dalam melaksanakan pekerjaan; dan
3) Keinginan untuk
memberikan layanan kepada masyarakat melalui karya profesioanalnya.
Pemenuhan
syarat-syarat diatas adalah kondisi ideal yang harus dimiliki oleh seorang
pendidik.
F.
Sifat-sifat
Pendidik yang Baik
Untuk dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik, seorang guru di samping harus menguasai pengetahuan, juga
harus memiliki sifat-sifat tertentu yang dengan sifat ini diharapkan apa yang
diberikan oleh guru kepada para muridnya dapar didengar dan dipatuhi, tingkah
lakunya dapat ditiru dan diteladani dengan baik.
Menurut Mohammad
Athiyah al-Abrasy, ada tujuh sifat yang harus dimiliki guru, yaitu:
1.
Memiliki
sifat zuhud.
Tidak
mengutamakan untuk mendapatkan materi dalam tugasnya, melainkan karena
mengharpkan keridlaan Allah semata-mata. Seperti firman Allah dalam QS Yasin
ayat 21 yang artinya: “Ikutilah orang
yang tiada meminta balasan kepadamu, dam mereka adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk”.
2.
Memiliki
jiwa yang bersih dari sifat dan akhlak yang buruk.
Athiyah
al Abrasy mengatakan, seorang guru harus bersih tubuhnya, jauh dari dosa dan
kesalahan, bersih jiwanya, terhindar dari dosa besar, pamer, dengki,
permusuhan, dan sifat-sifat lainnya yang tercela menurut agama Islam.
3.
Seorang
guru harus ikhlas dalam menjalankan tugasnya.
Keikhlasan
dan kejujuran seorang guru di dalam pekerjaan merupakan jalan terbaik ke arah
suksesnya dalam tugas dan sukse murid-muridnya. Sesuai antara apa yang
diucapkan dengan apa yang diperbuatnya.
4.
Bersifat
pemaaf
Sanggup
menahan diri, menahan kemarahan, lapang dada, sabar dan tidak lekas marah hanya
karena hal-hal sepele. Ia harus pandai-pandai menyembunyikan kemarahannya, ,
lemah lembut, kasih sayang, dan tabah dalam mencapai suatu keinginan.
5.
Dapat
menempatkan dirinya sebagai seorang bapak/ibu sebelum ia menjadi guru.
Seorang
guru harus mencintai dan memikirkan keadaan murid-muridnya seperti ia terhapa
anak-anaknya sendiri. Mencintai anak murid yang jelas-jelas bukan anak kandung
sendiri merupakan pekerjaan yang secara psikologis yang cukup berat.
6.
Mengetahui
bakat, tabiat dan watak murid-muridnya.
Dengan
pengetahuan seperti ini, maka seorang guru tidak akan salah dalam mengarahkan
anak muridnya, sehingga dapat memilihkan metode yang tepat dalam proses belajar
murid tersebut dan sebagai kontrol atas sikap yang kita munculkan saat
berinteraksi dengan mereka.
7.
Menguasai
bidang studi yang diajarkannya,
Seorang
guru harus mengetahui dan memahami secara mendalam tentang pengetahuan yang
akan disampaikannya, sehingga tidak bersifat dangkal, tidak menyenangkan dan
tidak memuaskan bagi mereka yang lapar ilmu.
G.
Pendidik menurut
Pandangan Islam
Pendidik
adalah spiritual father (bapak rohani), bagi peserta didik yang memberikan
santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan perilakunya
yang buruk. Oleh karena itu, pendidik memiliki kedudukan tinggi. Dalam beberapa
Hadits disebutkan: “Jadilah engkau
sebagai guru, atau pelajar atau pendengar atau pecinta, dan Janganlah engkau
menjadi orang yang kelima, sehingga engkau menjadi rusak”. Dalam Hadits
Nabi SAW yang lain: “Tinta seorang
ilmuwan (yang menjadi guru) lebih berharga ketimbang darah para syuhada”.
Bahkan Islam menempatkan pendidik setingkat dengan derajat seorang Rasul.
Al-Syawki bersyair:
“Berdiri dan hormatilah guru dan
berilah penghargaan, seorang guru itu hampir saja merupakan seorang Rasul”.
Al-Ghazali menukil beberapa Hadits
Nabi tentang keutamaan seorang pendidik. Ia berkesimpulan bahwa pendidik
disebut sebagai orang-orang besar yang aktivitasnya lebih baik daripada ibadah
setahun (perhatikan QS. At-Taubah:122). Selanjutnya Al-Ghazali
menukil dari perkataan para ulama yang menyatakan bahwa pendidik merupakan
pelita segala zaman, orang yang hidup semasa dengannya akan memperoleh pancaran
cahaya keilmiahannya. Andaikata dunia tidak ada pendidik, niscaya manusia
seperti binatang, sebab pendidikan adalah upaya mengeluarkan manusia dari sifat
kebinatangan (baik binatang buas maupun binatang jinak) kepada sifat insaniyah
dan ilahiyah.
No comments:
Post a Comment
Leave a comment, please.......:)