Tuesday, February 11, 2014

Mengatasi Rasa Sakit Hati


Mendidik diri untuk menyikapi secara positif rasa Sakit hati.


Sakit hati. Siapa sih orang di dunia ini yang tidak mengenal paduan dua kata ini? Penulis yakin bahwa semua orang di dunia ini pasti pernah merasakan yang namanya sakit hati. Orang tua, dewasa, remaja, hingga ank-anak pun tidak luput dari perasaan ini. Mungkin yang tidak dapat merasakannya hanyalah anak balita yang memang belum bisa berpikir.

Sakit hati berasal dari dua gabungan kata tunggal, yaitu sakit dan hati. Sakit adalah sebuah rasa yang tidak mengenakkan, yang bisa menimbulkan rasa perih dan derita. Sedangkan hati memiliki dua makna. Hati secara fisik adalah salah satu organ vital manusia yang terletak di dalam tubuh di bawah diagframa berdekatan dengan lambung, sedangkan pengertian lain dari hati adalah perasaan.


Sakit hati dapat disimpulkan bermakna sebuah perasaan yang tidak mengenakkan yang timbul karena adanya perasaan kecewa, kesal, marah atau dendam. Sakit hati biasanya disebabkan karena adanya faktor eksternal atau dari luar yang ditangkap dengan indera penglihatan (visual), indera pendengaran (audio) atau gabungan keduanya oleh indera penglihatan dan indera pendengaran (audio visual).


Yang ditangkap oleh indera pendengaran dapat berupa mendengar kata-kata yang kasar, hinaan, cacian, kata-kata yang menyinggung, tuduhan, tudingan yang dialamatkan kepada orang tersebut sehingga menimbulkan kekesalan, kekecewaan, hingga amarah. Dari indera penglihatan dapat dikarenakan melihat hal-hal yang tidak disenangi dan biasanya cenderung merugikan serta menyakitkan.


Setiap orang berbeda-beda dalam “menangani” sakit hati-nya. Ada yang hanya diam memendam rasa sakit hatinya sendiri, ada yang mengungkapkannya dengan menceritakannya kepada orang lain, ada yang melampiskannya dengan amarah, bahkan ada yang sampai bertindak buruk untuk menunjukkan hingga membalas rasa sakit hatinya.


Sakit hati tidak memiliki wujud, akan tetapi sakit hati dapat menimbulkan berbagai macam akibat yang negatif. Karena sakit hati seseorang yang baik bisa menjadi jahat,  orang yang sabar bisa menjadi pemarah, orang yang pendiam bisa jadi sangat beringas. Bahkan dalam beberapa kasus dan orang-orang tertentu, sakit hati bisa mengubah seseorang menjadi seorang pembunuh berdarah dingin.


Sakit hati memang sulit sekali dihindari, terlebih jika kita berada pada sebuah pergaulan yang di dalamnya terdapat orang-orang yang kurang mampu mengontrol ucapannya dan tindakannya. Manusia dicitakan dengan karakter yang berbeda satu sama lain. Beberapa memiliki perasaan yang kuat, sementara beberapa yang lain memiliki perasaan yang lemah atau mudah tersinggung. Kemampuan “menangkis” dan “melawan” rasa sakit hati ini kebanyakan terbentuk dari pengalaman hidup seseorang. Mereka yang sedari kecil terbiasa disakiti, dihina, diremehkan cenderung menjadi pribadi yang lebih kuat dalam hal perasaan. Ucapan dan tindakan buruk dari orang lain di sekitar terhadap dirinya seolah sudah menjadi makanan wajib baginya, hal-hal semacam itu menjadi hal yang lumrah yang tidak perlu dihadapi dengan serius. Namun sebaliknya bagi mereka yang terbiasa hidup dalam “keharmonisan” dan “kedamaian” akan kaget dan tersakiti akan hal-hal yang tidak wajar yang menghampiri telinga dan mata mereka yang sifatnya tidak mengenakkan.


Jika nyatanya sakit hati dapat menyebabkan kita berlaku buruk hingga amat buruk, dimana tak satupun dari kita yang menginginkannya, lantas bagaimana cara kita mengantisipasinya? Ada dua hal yang perlu kita perhatikan. Yang pertama, bagaimana cara kita untuk menjauhkan diri dari rasa sakit hati. Dalam artian sebisa mungkin tidak timbul rasa sakit hati itu dalam diri kita. Yang kedua,
apabila rupaya rasa sakit hati sudah terlanjur masuk dan bersarang dalam diri, bagaimana meminimalisirnya hingga menetralisir rasa sakit itu?


Pertama: Bagaimana cara menghindarkan diri agar tidak sakit hati


  1. Jauhilah orang-orang yang berpotensi membuat Anda sakit hati. Kedengarannya bukan perkara mudah, sebab nyaris tidak satupun orang di dunia ini yang diciptakan sesempurna itu. Setiap manusia memiliki peluang untuk menyakiti sesamanya, karena manusia adalah tempat salah dan khilaf. Lalu bagaimana? Yah, Anda bisa memulainya dengan menjauhi orang-orang yang berperangai kasar, tidak peka dan cenderung bertingkah sesuka hati dan semau dengkulnya.
  2.  Tumbuhkan sikap humoris dalam diri Anda. Kebanyakan sakit hati timbul dari ucapan yang menyakitkan, ucapan-ucapan demikian bisa muncul di sela-sela sebuah lelucon dan senda gurau yang berlebihan. Ketika kita bercanda hingga sangat konyol, kita kerap larut dalam suasana yang sangat gembira, perasaan senang ini bisa mengurangi kontrol pikiran hingga mulut kita ketika berucap. Dalam situasi seperti ini dibutuhkan rasa humoris yang cukup tinggi agar kita “siap” dengan berbagai jenis candaan yang paling buruk sekalipun  yang akan terlontar. Selain itu, yakinkan diri Anda bahwa seburuk apapun kata yang keluar dalam situasi tersebut pada hakikatnya semua hanya bertujuan sebagai bahan tertawaan dan gurauan semata dan bukan untuk menyakiti siapapun.
  3. Bangunlah pikiran positif di kepala Anda. Sejak dini cobalah untuk membangun sebuah pola pikir yang didasari dari pikiran yang positif, cara pandang selalu dari sisi positif. Dengan begitu, ini akan menjadi semacam tameng yang menangkal setiap hal-hal buruk yang diterima indera penglihatan dan indera pendengaran kemudian melemparkannya kembali keluar sehingga tidak sampai merongrong hati dan pikiran. Pikiran positif juga bisa menjadi filter yang menyaring hal-hal negatif tersebut dan merubahnya menjadi sesuatu yang berguna bagi diri. Contohnya kritikan pedas dapat dijadikan sebuah cambuk motivasi yang membangun untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik.


Kedua : Bagaimana cara meredakan rasa sakit hati yang terlanjur dirasakan.


  1. Berlapang dada. Berlapang dada atau selalu menerima segala ucapan dan tindakan buruk orang lain dengan sabar adalah salah satu cara meminimalisir rasa sakit hati. Sakit hati biasanya menimbulkan rasa sakit pada rongga dada, entah bagaimana dada akan terasa sesak dan menyempit. Dengan selalau berlapang dada akan membuat Anda merasa lega dan nyaman sehingga rasa sakit hati perlahan akan sirna.
  2. Mengikhlaskan dan memaafkan. Dua hal ini biasanya akan saling berdampingan. Ketika hati telah merelakan dan mengikhlaskan segala perlakuan buruk dan ucapan yang menyakit dari orang lai, maka dengan sendirinya rasa sakit hati itu akan mereda dan memaafkan akan segera menghapusnya. Memaafkan tidaklah harus menunggu adanya permintaan maaf, keran bisa saja orang yang bersangkutan tidak menyadari kesalahannya atau bahkan tidak berniat minta maaf, maka sepantasnyalah kita berjiwa ksatria untuk memaafkannya lebih dulu sebelum mereka meminta maaf. Tatkala kita berhasil memaafkan, ini akan menjadi bonus dengan timbulnya perasaan bangga karena telah memaafkan orang lain.
  3. Berserah diri kepada Tuhan. Kenapa demikian? Selain karena memohon kekuatan dan agar diberi ketabahan oleh-Nya, juga agar dalam menghadapi rasa sakit hati ini, kita selalu memandangnya sebagai sebuah ujian kesabaran dari Tuhan. Sehingga setelah mampu melewati ujian ini kita akan menjadi insan yang lebih baik seperti janji Tuhan kepada hambanya yang bersabar dalam ujian-Nya.
Kita bukanlah satu-satunya makhluk yang pernah merasakan sakit hati, bukan pula selalu menjadi korban yang tersakiti hatinya. Kita sendiri juga tentunya pernah beberapa kali atau mungkin berkali-kali pernah menyakiti hati orang lain. Alasannya tentu saja sama, guyonan, ejekan, kata-kata yang tak terkendali dsb. Lalu bagaimana agar orang lain tidak tersakiti oleh kita? Berikut yang perlu kita lakukan:

  1. Memperbaiki serta selalu menjaga ucapan dan tingkah laku. Lidah bak pedang yang tajam. Jika tidak mampu mengendalikan, bukan hanya orang lain, diri kita sendiri pun bisa terluka. Karena lidah, badan binasa. Demikianlah berbagai ungkapan yang menggambarkan bagaimana daging tak bertulang yang dinamakan lidah ini bisa sangat bermanfaat tapi juga bisa sangat berbahaya jika kita tidak pandai-pandai menggunakannya. Terlebih ketika kita sedang bercanda, cobalah untuk tetap mawas diri dan mawas lidah agar guyonan yang semestinya memberi kegembiraan kepada setiap orang tidak justru meninggalkan rasa sakit.
  2. Saling menghargai. Kita adalah makhluk yang sama yang diciptakan Tuhan dengan kelebihan dan juga kekurangan. Maka tidak selayaknyalah kita saling menghina, merendahkan, mencela, atau meremehkan satu sama lain. Karena tidak ada satupun manusia yang Tuhan ciptakan sempurna tanpa cacat satupun. Mengapa harus menghina keburukan orang lain jikalau diri kita sendiri sesungguhnya memiliki keburukan.
Demikianlah beberapa tips agar kita tidak mudah terjangkit sakit hati dan agar kita tidak menyakiti hati orang lain. Sebenarnya masih banyak yang perlu diuraikan berkaitan dengan sakit hati. Masih banyak pula tips-tips agar kita dapat meredakan dan menghilangkan rasa sakita di dalam diri kita. Namun, pada intinya kurang lebih seperti apa yang penulis ungkapkan di atas. Semoga ulasan singkat dapat bermanfaat bagi para pembaca.....


Dan semoga tidak ada yang sakit hati dengan tulisan ini agar semakin berkurang korban sakit hati di dunia ini.  . . . . .. . . heheheheh





No comments:

Post a Comment

Leave a comment, please.......:)

Wahai Diriku....

Dzikir inilah yang setiap hari paling sering kita lafadzkan....

Suamiku....suamiku
Istriku.......istriku
Anakku......anakku
Hartaku.....hartaku
Pangkatku...pangkatku

Lalu mana....
Allah-ku......Allah-ku
Selamatkan aku...Selamatkanlah aku
Ampuni aku......Ampunilah aku


uje - - - huruf kecil saja