BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Setiap hal yang ada di dunia ini adalah sesuatu yang
pernah tidak ada menjadi ada. Begitupun halnya dengan makhluk hidup, baik
hewan, tumbuhan, terlebih lagi manusia. Semua tidak begitu saja lantas ada tanpa melalui suatu proses. Setelah sesuatu
itu ada, kemudian ia lantas tumbuh dan berkembang dari kecil menjadi
besar.
Menurut
Werner (1969) yang ditulis kembali oleh Siti Rahayu Haditono, pengertian perkembangan
menunjuk pada suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali.
Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat
diputar kembali. Perkembangan pada manusia meliputi perkembangan mental
(psikis) dan perkembangan raga (pisik).
Perkembangan mental adalah suatu proses perubahan yang sistematis dan tersusun
oleh suatu kesatuan budaya, masyarakat, kelompok atau individu itu sendiri.[1]
Perkembangan pada manusia dibagi dalam
beberapa fase yang dikelompokkan berdasarkan tingkatan usia. Setiap tingkatan
usia memiliki ciri dan keunikan tersendiri. Fase tersebut terdiri atas
perkembangan janin, bayi, balita, anak-anak, remaja, dan dewasa. Puncak dari
fase perkembangan ini adalah pada fase remaja. Mengapa? Sebab pada fase inilah
terjadinya perubahan yang sangat drastis dalam diri seorang manusia yang juga
dianggap sebagai jembatan antara dunia anak-anak dan dunia kedewasaan. Pada
fase ini pula seseorang akan mengalami masa pubertas, yaitu adanya perubahan
yang sangat signifikan yang sangat menonjol baik secara fisik maupun psikis
menuju persiapan menjadi seorang dewasa. Selain itu, pada masa remaja pula
seseorang akan mengalami pergolakan yang luar biasa dalam mencari jati diri,
menetukan kemana arah tujuan hidupnya akan diarahkan. Lalu seperti apakah
sebenarnya tanda-tanda seseorang telah mengalami memasuki masa remajanya?
B. Rumusan
Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, akhirnya
memunculkan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa saja ciri-ciri atau sifat-sifat yang
timbul pada masa remaja dan pubertas?
2.
Apa saja perilaku menyimpang yang timbul pada
usia remaja dan bagaimana cara mengatasinya?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ciri-ciri
masa remaja dan pubertas
1. Masa
Remaja
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari
masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai
perubahan fisik dan psikis. Perubahan fisik akan tampak jelas di mana tubuh
berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang juga disertai
dengan perkembangan kapasitas reproduktif. Selain itu remaja juga berubah
secara kognitif dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa.[2]
Menurut Konopka
(1973) dalam Pikunas (1976) dan Ingersoll (1989), secara umum masa remaja
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
a) Masa
remaja awal (12-15 tahun)
Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai
anak-anakan berusaha mengembangkan diri
sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orang tua. Fokus
dari tahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya
konformitas yang kuat dengan teman sebaya.
b) Masa
remaja pertengahan (15-18 tahun)
Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir
yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran
yang penting, namun individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri
(self-directed). Pada masa ini remaja mulai mengembangkan kematangan tingkah
laku, belajar mengendalikan impulsivitas, dan membuat keputusan-keputusan awal
yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain itu
penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.
c) Masa
remaja akhir (19-22 tahun)
Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki
peran-peran orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan tujuan
vokasional dan mengembangkan sense
of personal identity. Keinginan yang
kuat untuk menjadi matang dan diterima dalasm kelompok teman sebaya dan orang
dewasa, juga menjadi ciri dari tahap ini.[3]
Adapun yang menjadi ciri-ciri masa remaja menurut Lerner
dan Hultsch (1983:318-320) yang dikutip kembali oleh DR. Hendriati Agustiani, antara lain meliputi:
a) Perubahan
fisik
Perubahan fisik pada remaja tentunya sangat dipengaruhi
oleh berkembangnya seksualitas. Homon-hormon baru diproduksi oleh kelenjar endokrin yang mempengaruhi
hormon estrogen pada anak perempuan dan hormon testosteron pada anak
laki-laki. Kedua hormon akan membawa
perubahan dalam ciri-ciri seks primer dan memunculkan ciri-ciri seks sekunder.
b) Perubahan
emosionalitas
Akibat langsung dari perubahan fisik dan hormonal tadi
akan berdampak pada perubahan emosional remaja yang juga dipengaruhi oleh
lingkungan yang terkait dengan respon dari perubahan badaniah tersebut.
Hormonal menyebabkan perubahan seksual dan menimbulkan dorongan-dorongan dan
perasaan-perasaan baru. Seorang remaja akan merasakan hal-hal baru yang belum
pernah dirasakan sebelumnya yang berkaitan dengan perasaannya. Seperti jadi
lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya, pada pendapat orang lain tentang
dirinya, perasaan jatuh cinta, amarah yang menggebu-gebu dsb. Hal ini juga
menjadi semakin kompleks saat mendapat pengaruh sosial sebagai respon dari
perubahan emosionalnya.
c) Perubahan
kognitif
Pola pikir seorang remaja juga akan mengalami perubahan
dan perkembangan. Seorang remaja akan mulai tertarik memikirkan hal-hal yang
dahulu saat masih anak-anak adalah sesuatu yang tidak penting baginya. Mereka akan mulai berpikir kritis
dan rasa ingin tahu yang kuat terhadap segala hal yang terjadi disekitarnya
baik yang berhubungan langsung dengannya maupun tidak.
d) Implikasi
sosial
Pada fase ini, seorang remaja bukan lagi sekedar
mempertanyakan siapa dirinya, tapi bagaimana dan dalam konteks apa atau dalam
kelompok apa dia bisa jadi bermakna dan dimaknakan. Timbulnya keinginan untuk
diakui, keinginan untuk memperkuat rasa percaya diri dan keinginan untuk
menegaskan kemandirian menjadi hal yang sangat penting bagi mereka.
2.
Masa Pubertas
Masa
pubertas disebut sebagai masa bangkitnya kepribadian ketika minatnya lebih
ditujukan kepada perkembangan pribadi sendiri. Pribadi itulah yang menjadi
pusat pikirannya. Ada beberapa sifat-sifat yang menonjol pada masa ini, yang
tidak sama kuatnya dimiliki pada semua remaja, antara lain:
a. Pendapat
lama ditinggalkan
Mereka
ingin menyusun pendirian yang baru. Pada sat-saat mencari kebenaran itu segala
sesuatunya berubah menjadi tidak berketentuan.
b. Keseimbangan
jiwanya terganggu
Mereka
suka menentang tradisi, mengira mereka sanggup menentukan pendapatnya tentang
segala masalah kehidupan. Mereka menggunakan pendiriannya sendiri sebagai
pedoman hidupnya. Karena itu sikap dan perbuatannya serba tidak tenang.
c. Suka
menyembunyikan isi hatinya
Remaja
puber suka mwenjadi teka-teki, karena sukar diselami jiwanya. Baik perbuatan
maupun tindakannya tidak dapat dijadikan pedoman untuk menentukan corak
kejiwaannya. Sebentar ia bertindak kasar, kemudian ia tampak lemah lembut,
kadang-kadang ia suka melamun, kemudian ia tampak giat dan kembali gembira.
d. Masa
bangunnya perasaan kemasyarakatan
Padsa
masa ini sudah mulai terjalin persahabatan karena dorongan bersatu dengan teman
sebaya semakin bertambah kuat, tetapi sikapnya masih menentang kewibawaan orang
dewasa. Mereka lebih memperhatikan ejekan teman daripada ejekan orang dewasa.
Mereka mendirikan perkumpulan yang
mereka susun sendiri peraturannya, mereka memilih ketuanya, tetapi umur
perkumpulan itu biasanya tidak tahan lama.
e. Perbedaan
sikap pemuda dan sikap anak gadis
Perbedaan
antara pemuda dan gadis besar sekali, khususnya dalam perbedaan dorongan
seksual yang juga mempengaruhi cara berpikir dan perasaan. Laki-laki cenderung
lebih menggunakan logika ketimbang perasaannya, sedangkan perempuan sebaliknya.
Namun pada masa pubertas ini, anak lelaki mempunyai keinginan seksual yang
timbul dengan sendirinya dan dialaminya lebih kuat dirasakannya ketimbang anak
perempuan.[4]
B. Perilaku
menyimpang pada remaja dan solusinya
1.
Pengertian perilaku menyimpang pada remaja
Sebelum
mambahas masalah-masalah yang menjadi penyebab terjadinya anak remaja
bermasalah, akan lebih baik kalau kita bahas terlebih dahulu tentang
pengertian anak remaja bermasalah. Pengertian anak remaja bermasalah dalam
makalah ini ada dua muatan yaitu :
a) Anak
remaja bermasalah berarti anak remaja yang sedang memiliki/menghadapi
masalah dalam dirinya. Contohnya adalah remaja menghadapi masalah pacar,
hambatan gagal dalam studi, tidak diterima lagi oleh kelompoknya, konflik
dengan orang tua dan sebagainya.
b) Anak
remaja bermasalah berarti anak remaja yang menimbulkan masalah terhadap
orang/pihak lain. Pengertian kedua ini pada dasarnya searti dengan anak remaja
yang berperilaku menyimpang atau yang lebih dikenal dengan kenakalan remaja,
seperti tawuran, penyalahgunaan NARKOBA, minum-minuman keras, melakukan
tindakan yang mengganggu lingkungan dan sebagainya.
Kalau
ada anak remaja bermasalah berarti pada proses tumbuh kembangnya, anak remaja
tersebut sedang mengalami gangguan sekaligus telah terjadi sesuatu yang salah
dalam pembentukan jati dirinya. Beberapa faktor yang menyebabkan anak remaja
bermasalah antara lain :
1. Keluarga
yang gagal dalam melaksanakan fungsinya (disfungsional keluarga).
Keluarga memiliki fungsi
sebagai tempat pembentukan kepribadian anak remaja yang pertama, sehingga
keluarga memegang peranan utama dalam proses perkembangan anak. Lingkungan yang
pertama yang memberikan pengaruh mendalam adalah lingkungan keluarga.
2. Komunikasi
orang tua dan anak yang tidak sehat.
Sebuah keluarga yang
anggotanya (khususnya antara orang tua dan anak) tidak sering berkomunikasi,
atau ada komunikasi tapi bersifat otoriter dan tidak dialogis akan
mengakibatkan munculnya suasana keluarga yang tidak sejuk, bahkan akan muncul
suasana yang gersang dan panas. Seorang anak remaja akan sulit tumbuh
berkembang menjadi anak yang sehat bila tidak ada komunikasi yang sehat antara
orang tua dan anak.
3. Perlakuan
pengasuhan dan cara mendidik anak yang kurang tepat.
pepatah kuno, “Katakan pada
anak bahwa ia buruk, maka ia benar-benar akan menjadi buruk”. Memang anak-anak
sering menjadi apa yang dikatakan oleh orang tuanya. Dalam budaya Jawa ada
ungkapan “ojo nyepatani anak”. Ungkapan-ungkapan yang tidak mendidik
kadang-kadang keluar tanpa disengaja. Hal ini biasanya terjadi karena orang
tuanya sedang kesal oleh berbagai masalah keluarga dan pekerjaan namun anak
tidak tahu atau tidak mau tahu.
Beberapa perlakuan orang tua yang kurang tepat / tidak dewasa antara lain :
a) Sangat
melindungi dan memanjakan anak (over proteksi atau sebaliknya).
b) Hanya
memberikan kepuasan lahiriah / materi saja dalam usaha mempengaruhi dan
mendidik anak-anak dan kurang memberi kepuasan dan kehangatan batiniah.
c) Sangat
menguasai anak secara autokratis dan memperlakukan anak dengan keras. Memperlihatkan
kekhawatiran tentang masa depan secara demonstratif dihadapan anak-anak.
d) Materialistik
dan mengabaikan nilai-nilai agama
2. Berbagai
perilaku menyimpang pada remaja
Perilaku-perilaku menyimpang pada remaja antara lain
:
a. Penggunaan
narkoba
Remaja
yang menggunakan narkoba bukan berarti memiliki moral yang lemah. Banyaknya zat
candu yang terdapat pada narkoba membuat remaja sulit melepaskan diri dari
jerat narkoba jika tidak dibantu orang-orang sekelilingnya.
b. Mengonsumsi
alkohol
Alkohol
merupakan substansi utama yang paling banyak digunakan remaja dan sering
berhubungan dengan kecelakaan kendaraan bermotor yang merupakan penyebab utama
kematian remaja. Menurut Clinical and Experimental Research, remaja yang
mengonsumsi alkohol, daya ingatnya akan berkurang hingga 10 persen. Substance
Abuse and Mental Health Services Administration juga mengatakan bahwa 31 persen
remaja yang minum alkohol mengaku stres dan memiliki Attention-Deficit Disorder
(ADD) karena jarang diperhatikan oleh orang tua.
c. Hubungan
Seksual Pra Nikah
Beberapa
faktor yang mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah adalah
membaca buku porno dan menonton blue film. Adapun motivasi utama melakukan
senggama adalah suka sama suka, pengaruh teman, kebutuhan biologis dan merasa
kurang taat pada nilai agama.
d. Aborsi
Aborsi
merupakan salah satu tindak lanjut dari seks pranikah. Kehamilan yang tidak
diinginkan kedua pihak dan ketakutan akan dihakimi orang tua bahkan masyarakat,
maka aborsi adalah pilihan utama untuk menutupi aib. Pengetahuan seks yang
kurang menjadi salah satu pemicunya.
e. Kecanduan
Game
Terlalu
sering bermain game akan membahayakan fisik dan psikologisnya. Seperti dikutip
dari PsychiatricTime, alasan anak-anak bermain game adalah ingin mencoba
sesuatu yang baru dan untuk menghilangkan stres akibat tugas sekolah atau
karena suatu masalah. Seorang anak boleh saja bermain game, asalkan waktunya
dibatasi dan hal yang terpenting adalah pemilihan game yang tepat untuk
anak-anak.
f. Perubahan
ideologi
Masa
remaja sering dikaitkan dengan masa mencari jati diri. Akibatnya mereka mudah
dimasuki ideologi-ideologi dari luar dan jika ideologi itu terus dipupuk akan
menyebabkan sifat idealis di kemudian hari. Sifat idealis yang terus berkembang
bisa menyebabkan perbedaan pandangan dengan keluarga, dan akhirnya remaja
memilih melepas keluarga dan melanjutkan ideologinya. Seperti contoh peristiwa
bom bunuh diri di Hotel Marriot dan Ritz Carlton Juli 2009, tersangkanya adalah
remaja lulusan SMA yang mau melakukan aksi tersebut karena telah didoktrin
jalan tersebut adalah jihad.
g. Tindak
kekerasan fisik
Tindak kekerasan adalah perilaku menyimpang. Kekerasan secara
fisik merupakan jenis penyimpangan yang mudah sekali terjadi. Penyimpangan ini
bisa jadi berupa sebuah pukulan, tamparan, gigitan, melempar, dan aksi lainnya
yang bisa menyebabkan luka fisik, meninggalkan bekas, dan menyebabkan rasa
sakit yang sangat.
h.
Kekerasan emosional
Hal ini sangat sulit
dikenali, karena tidak ada tanda-tanda fisik. Kekerasan emosional terjadi saat
berteriak dan marah yang berlebihan atau saat orang tua secara langsung
mengkritik, mengecam, atau membuat takut anak atau remaja hingga menyebabkan
rasa percaya diri dan penghargaan diri si anak rusak.
i.
Tindakan kriminal
Tindakan kriminal
biasanya selalu berkaitan dengan tindakan yang mengganggu ketenteraman umum dan
akan memerlukan tinkadakan dari aparatur negara (polisi), seperti tawuran,
pencurian, pemerkosaan hingga pembunuhan.
Remaja
gampang disusupi hal-hal negatif di atas karena jiwanya masih labil. Orangtua
harus tanggap terhadap perilaku anak yang berubah agar jika sudah ada
gejala-gejala yang aneh bisa segera diselamatkan sejak awal. Komunikasi yang
bagus menjadi kunci anak mau berterus terang kepada orangtuanya serta
pengajaran akhlak.
3. Upaya-upaya
mengatasi penyimpangan perilaku pada remaja
Ada banyak
hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah penyimpangan perilaku pada
remaja. Tingkat keberhasilannya sendiri akan ditentukan oleh keseriusan semua
pihak yang terkait dalam mengupayakannya, tentunya juga dari si anak remaja itu
sendiri. Harus ada keinginan kuat dalam dirinya pribadi untuk mengubah dan
mempernaiki dirinya ke arah yang lebih baik.
Memang
bukan pekerjaan mudah untuk ‘”mengobati” anak dari penyimpangan yang telah
menjadi bagian dari aktivitas hidup yang telah terlanjur dialaminya. Ibarat
semen yang telah mengeras, butuh usaha ekstra untuk mencairkannya kembali dan
semua butuh waktu yang tidak instan.
Setiap
perilaku penyimpangan tersebut tentunya memerlukan tindakan pertolongan yang
berbeda-beda pula. Namun secara garis besar, tinkana yang perlu dilakukan
adalah dengan menciptakan koordinasi yang baik dan aktif antara orang tua,
guru, masyarakat dan pihak-pihak yang terkait dalam mengentaskan masalah yang
terlanjur ditimbulkan oleh remaja tersebut. Tapi perlu ddiingat juga jangan
sampai ada sedikitpun kesalahan dalam tindakan tersebut, misalnya terlalu keras
atau terlalu berlebihan yang bisa membuat remaja tersebut merasa “diserang”.
Hal ini justru akan menimbulkan dampak yang lebih buruk dai sebelumnya.
Namun
dibalik semua upay tersebut hal yang paling utama yang harus dilakukan adalah
dengan melakukan pencegahan yang dapat dimulai sedari dini.
Beberapa
upaya yang harus dilakukan orang tua untuk mencegah timbulnya penyimpangan
perilaku pada anak diantaranya:
a.
Memberikan perhatian yang lebih terhadap
perkembangannya.
b.
Melakukan pendekatan persuasif dan intern untuk
mengetahui masalah apa saja yang tengah dihadapinya.
c.
Bersikap hangat dan terbuka dalam menerima semua
pendapat dan aspirasi yang diutarakan si anak.
d.
Tidak menjudge
setiap tindakan si anak, terlebih dengan perkataan yang dapat menyakiti
perasaannya.
e.
Memberikan rasa aman dan suasana yang nyaman di
dalam rumah.
f.
Menghilangkan kesan kaku, otoriter dan
overprotektive dalam mendidik anak.
g.
Memperlakukan secara adil dalam setiap keputusan
baik yang berhubungan dengan sesama saudaranya maupun atas dirinya sendiri.
h.
Memberikan pengertian dan nasehat kepada anak dengan
cara yang baik, bersahaja dan bersahabat dan dengan bahasa yang dapay
dipahaminya sehingga ia tidak menerimanya sebagai sebuah tuntutan tetapi
sebagai sebuah bimbingan kasih sayang.
i.
Dan satu hal yang paling penting adalah memberikan
pengetahuan agama yang lebih baik dengan ucapan terlebih-lebih dengan
memberikan contoh tauladan dari orang tuanya sendiri. Ilmu agama yang cukup
yang dibarengi dengan pengamalan dalam kehidupan sehari-hari akan memebrikan
dampak yang luar biasa dalam tatanan kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan
negara.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kalau
ada anak remaja bermasalah berarti pada proses tumbuh kembangnya, anak remaja
tersebut sedang mengalami gangguan sekaligus telah terjadi sesuatu yang salah
dalam pembentukan jati dirinya.
Remaja
yang biasanya ceria, akrab dengan keluarga tiba-tiba mengucilkan diri.
Kebanyakan orangtua berprasangka anaknya terjerat narkoba jika perilakunya
berubah.Tapi ada faktor lain yang bisa membuat perilaku remaja tiba-tiba
berubah menjadi tertutup dan mengasingkan diri dari keluarga.
Masa
remaja adalah periode transisi dari anak-anak ke dewasa. Remaja mulai banyak
terpengaruh faktor lingkungan dan sudah memiliki sosok yang dimaunya seperti
penyanyi top, politisi, tokoh agama dan lainnya.
Usia
remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk
perubahan dalam aspek kognitif, emosi dan sosial. Namun proses pematangan fisik
pada remaja terjadi lebih cepat dari proses pematangan psikologinya. Hal ini
sering menyebabkan berbagai masalah. Di satu sisi remaja sudah merasa matang
secara fisik dan ingin bebas dan mandiri. Di sisi lain mereka tetap membutuhkan
bantuan, dukungan, serta perlindungan orang tua.
Orang tua
sering tidak paham dengan perubahan yang terjadi pada remaja sehingga tidak
jarang terjadi konflik di antara keduanya. Karena merasa tidak dimengerti
remaja seringkali memperlihatkan tindakan agresif yang dapat mengarah pada
perilaku berisiko tinggi.
B.
Saran-saran
Siapapun
orang tua pasti tidak menginginkan hal yang sedemikan terjadi pada buah
hatinya. Begitupun si anak sendiri, tidak ada satupun dari mereka yang ingin
hidupnya menjadi kacau dan bermasalah.
Oleh
karena itu, dibutuhkan komunikasi yang baik antara si anak dengan orang tua
sebagai pemegang tanggung jawab utama terhadap perkembangan anak. Membekali
anak dengan pendidikan yang memadai baik pendidikan umum terlebih pendidikan
agama.
Daftar Rujukan
Agustiani, Hendriati.
Psikologi Perkembangan, Bandung:
Refika Aditama, 2006
Zulkifli, DRS, Psikologi Perkembangan, Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset, 2005
Monks,
FJ, Knoers, AMP, Haditono, Siti Rahayu, Psikologi
Perkembangan, Yokyakarta: Gajah Mada University Press, 2006.
[1]
Agustiani, Hendriati. Psikologi
Perkembangan, Bandung: Refika Aditama, 2006. Hlm 3.
[2]
Agustiani, Hendriati, Psikologi Perkembangan,
Bandung: Refika Aditama, 2009. Hal 28.
[3]
Agustiani, Hendriati, Psikologi
Perkembangan, Bandung: Refika Aditama, 2009. Hal 29
[4]
Zulkifli, DRS, Psikologi Perkembangan, Bandung:
Remaja Rosdakarya Offset, 2005. Hal 70
No comments:
Post a Comment
Leave a comment, please.......:)