MERENCANAKAN / MENGEMBANGKAN BISNIS
STUDI KELAYAKAN HOME INDUSTRI
Disusun guna memenuhi tugas individu
Mata Kuliah Enterpreneurship
Semester VII
Dosen Pengampu : Hariyono, M.S.I
Disusun oleh:
Asbudi Baharuddin
NIM. 10.01.0031
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SANGATTA
KABUPATEN KUTAI TIMUR
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
MERENCANAKAN / MENGEMBANGKAN BISNIS
STUDI KELAYAKAN HOME INDUSTRI
JENIS USAHA/ BISNIS : PERTENUNAN SARUNG ASLI SAMARINDA (KONVEKSI)
Sarung
Tenun Asli Samarinda adalah salah satu ikon kota Samarinda. Produk ini bahkan
telah menjadi produk unggulan dan cinderamata khas dari Kota Tepian. Usaha
pertenunanan sarung asli samarinda merupakan salah satu komiditi urat nadi perekonomian
masyarakat Kota Samarinda, khusunya bagi masyarakat di Kecamatan Samarinda
Seberang yang kemudian mendapat julukan “Kampung Seribu Benang”. Masyarakat di
daerah ini banyak ditinggali oleh masyarakat keturunan Bugis Wajo dari Sulawesi
Selatan yang telah mendiamin kawasan ini lebih dari 350 tahun. Kecamatan
Samarinda Seberang khususnya Kelurahan Baqa dan Kelurahan Masjid adalah sentra
pengrajin Sarung Tenun Asli Samarinda. Bahkan di salah satu tempat yang bernama
Gang Pertenunan dan Gang Karya Muharram, hampir 90% penduduknya bekerja sebagai
pengrajin Sarung Tenun Asli Samarinda. Usaha ini tergolong usaha Home Industri
karena masih dilakukan secara manual dalam kisaran modal yang tidak terlalu
besar dan dikerjakan oleh orang perorang dengan modal pribadi di rumah rumah
warga.
•
PENGEMBANGAN
A.
PENAMBAHAN KAPASITAS
Penambahan
kapasitas produksi tentunya sangat dipengaruhi oleh penambahan unsur modal.
Modal menjadi unsur utama apabila hendak meningkatkan kapasitas produksi. Namun
tetap harus jeli melihat peluang yang ada dengan mempertimbangkan kebutuhan
pasar.
B.
PRODUK BARU
Menciptakan
produk baru adalah salah satu strategi utuk mendongkrak penjualan, dengan
sasaran menarik minat konsumen agar tidak jenuh dengan produk-produk sebelumnya
serta memberikan berbagai pilihan padu padan terhadap produk yang telah ada. Apa
yang akan penulis paparkan di bawah ini bukan merupan produk baru, akan tetapi
lebih kepada pengembangan produk yang telah ada.
C.
KOMBINASI
Produk
baru tersebut akan menjadi kreasi baru dalam memberikan tawaran berupa padu
padan dengan produk yang ada agar konsumen dapat mengkombinasikan produk yang
ada dengan produk baru sesuai selera setiap konsumen. Ini tentunya juga
memberikan peluang untuk meningkatkan omset penjualan.
ASPEK-ASPEk PENTING DALAM STUDI KELAYAKAN
•
ASPEK PEMASARAN
Aspek pemasaran
merupakan unsur-unsur utama yang dapat mendukung kegiatan pemasaran produk,
diantaranya:
•
Kondisi perekonomian
Kondisi perekonomian
Indonesia saat ini tidak dapat dikatakan sepenuhnya sehat atau menguntungkan,
akan tetapi tidak tetap juga bila dikatakan bahwa perekonomian Indonesia sedang
buruk. Pasalnya ketidakstabilan kurs rupiah terhadap nilai dolar ternyata sangat
mempengaruhi pergerakan harga bahan-bahan utama produksi yang terus bergerak
naik dan malah kadang-kadang melonjak. Hal ini membuat para produsen
ketar-ketir menyiasati biaya proses produksi ditambah dengan harga bahan pokok
produksi kemudian diseimbangkan dengan harga jual sehingga tidak merugikan
produsen namun tetap dapat dijangkau oleh para konsumen.
•
Analisa industri, potensi, asumsi,
peluang
Seperti sudah
disinggung di muka, usaha pertenunan Sarung Asli Samarinda termasuk jenis usaha
Home Industri. Home Industri adalah jenis usaha yang dilakukan dengan skala
kecil, baik itu modalnya, biaya produksi, jumlah pekerja, kuantitas produk yang
dihasilkan, lingkup pemasarannya, hingga keuntungan yang didapatkan. Selain itu
sesuai namanya, home industri merupakan usaha rumahan dimana kegiatan
produksinya kebanyakan lebih dipusatkan di rumah sendiri. Beberapa hanya
sekedar sebagai usaha sampingan namun adapula yang telah menjadi usaha pokok.
Kegiatan usaha
pertenunan yang juga meliputi pemasaran ini sangat berpotensi dapat berkembang
cukup pesat apabila dikelola dengan baik dan mendapat dukungan dari berbagai
pihak terutama pihak pemerintah dan investor. Hal ini cukup beralasan,
asumsinya bahwa jika pemerintah selaku pengayom bagi para UKM memberi perhatian
bagi para pengrajin sarung tenun khas Kota Samarinda ini khususnya dalam hal
modal, penyuluhan, pelatihan dan promosi, maka usaha ini diprediksi dapat
berkembang pesat. Minat konsumen terhadap produk konveksi yang satu ini cukup
baik. Hal ini dapat dilihat dari lamanya produk ini dapat bertahan sekian lama
tanpa tergeser oleh usaha konveksi modern yang terus mewabah.
•
Proyeksi penjualan
Dengan baiknya minat
masyarakat terhadap produk Sarung Tenun Asli Samarinda tentunya menjadi
barometer bagaimana proyeksi penjualan produk ini cukup menjanjikan dapat
memberikan keuntungan yang besar. Penjualan produk ini juga cenderung stabil
malah kerap meningkat dari tahun ke tahun.
•
ASPEK KEUANGAN
•
Kebutuhan Dana
Kebutuhan akan dana
untuk menunjang usaha ini tergantung pada besar kecilnya usaha. Dalam artian
banyak sedikitnya produk yang ingin dihasilkan serta luasnya lingkup penjualan.
•
Sumber dana
Berbicara tentang
dari mana sumber dana berasal, maka dana yang digunakan untuk membeli
bahan-bahan produksi, membayar biaya dan ongkos produksi, didapatkan dari dana
pribadi pemilik usaha atau owner. Namun seiring berjalannya waktu dimana
pemerintah mulai menunjukkan perhatiannya kepada para pengusaha kecil,
pemerintah mulai memberikan bantuan modal kepada para pengusaha home industri
ini baik dalam bentuk pinjaman modal non agunan maupun berupa bantuan
cuma-cuma.
•
Biaya /modal produksi
Biaya
|
Harga
(Rp)
|
Keterangan
|
Bahan utama:
- Benang *
-
Pewarna sintetis
-
Kanji
|
2.600.000
100.000
5.000
|
1 pak (50 kincil)
untuk 20 lembar sarung
Terdiri dari
beberapa warna.
1 bks 400 gram
|
Biaya-biaya:
-
Pewarnaan/pencelupan
-
Pemintalan (appali’reng)
-
Penggilingan (assawu’reng)
-
Penyisiran (apparising)
-
Penenunan (attenungeng)
-
Penjahitan (ajjereng)
|
150.000
150.000
80.000
50.000
700.000
100.000
|
1 pak (50 kincil)
Rp 3000/kincil
20 lembar@Rp 4000
20 lembar@Rp 35.000
20 lembar@Rp 5.000
|
Peralatan
-
Perawatan onderdil Alat Tenun
(Bola-bola).
-
Bambu (Bulo-bulo)
|
40.000
60.000
|
Alat tenun yang
terbuat dari kayu ulin atau kayu bengkirai dapat bertahan seumur hidup. Harga
seperangkat ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) atau disebut Bola-bola seharga Rp
1.500.000. tapi ini tidak masuk ke dalam biaya produksi. Kecuali biaya
perawatan. Onderdil seperti piker dan bingka’ harus diganti
tiap 1 kali proses produksi. Harga piker sepasang Rp 20.000 sementara
harga bingka’ sepasang Rp 20.000 (total Rp 40.000)
50 kincil
menggunakan 200 buah@Rp 300
|
Total
|
4.035.000
|
*Satu pak benang dapat
menghasilkan 20 lembar sarung dengan masa penenunan sekitar satu bulan lamanya.
•
Proyeksi aliran kas, chas flow
Hasil Penjualan
|
20
lembar* @Rp 320.000
|
Rp 6.400.000
|
Biaya-biaya
Produksi
|
Rp 4.035.000
|
|
Laba
|
Rp 2.365.000
|
•
ASPEK TEKNIK/ PRODUKSI
•
Jumlah dan jenis peralatan
•
Kapasitas
Peralatan yang
digunakan adalah ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) atau dalam bahasa Bugis disebut Bola-bola.
Kapasitas peralatan yang dipakai tidak terlalu banyak dan tidak sulit dalam
memperolehnya. Meskipun peralatan khusus ini tidak ditemukan dijual di toko
manapun, akantetapi untuk mendapatkannya bisa melalui pemesanan pembuatan.
Pemesanannya tidak bisa sembarangan. Biasanya hanya kepada tukang kayu yang
sudah berpengalaman membuat bola-bola. Kabanyakan dari mereka adalah
pengrajin khusus dari Tanah Bugis (Sulawesi Selatan).
•
Efektif dan efisien
Peralatan yang
digunakan untuk proses produksi Sarung Tenun Asli Samarinda pada umumnya
terbuat dari bahan kayu ulin yang cenderung awet dan tahan lama sehingga dapat
dipakai untuk beberapa kali proses produksi hingga berpuluh tahun. Hal ini
menyebabkan alat ini menjadi sangat efektif dan efisien.
•
Perawatan dan spare part
Peralatan produksi
meliputi seperangkat ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) yang terdiri dari Bola-bola,
are’, jakka, boung, kadera, paleppa’, pappatane’, pallaca’, bingka’, binreng. Dari
semua onderdil tersebut yang harus diganti tiap satu kali proses produksi
adalah binreng dan bingka’. Sedangkan onderdil seperti jakka dan are’ yang
terbuat dari besi/logam perlu diberi pelumas beberapa hari sekali agar dapat
berfungsi secara optimal. Untuk urusan estetika hanya diperlukan cat minyak
atau cat air untuk memberi sentuhan warna menarik pada ATBM.
•
Kemungkinan pengembangan
Pengembangan
peralatan dapat diterapkan pada beberapa item saja, artinya tidak semua perlu
dikembangkan (diganti). Dikarenakan produk ini merupakan kerajinan khas daerah
yang harus tetap mempertahankan sisi kulturasi agar tidak tergeserkan oleh
perkembangan jaman. ATBM yang selam ini digunakan terbuat dari bahan kayu
tentunya tidak boleh digantikan dengan bahan logam apalagi sampai digantikan
oleh mesin. Sedangkan perangkat lain yang sedikit mengalami modifikasi adalah bulo-bulo
yang tadinya terbuat dari bambu kecil yang mudah remuk, diganti dengan
pedati dari bahan plastik keras agar tidak mudah pecah, sedangkan alat pemintal
benang manual (pappali’) kini tersedia pemintal listrik. Namun kedua
alat ini tentunya memerlukan tambahan dana lagi, sehingga belum semua pengrajin
mau beralih menggunakannya.
•
Lokasi
Lokasi usaha pada
umumnya berkonsentrasi di Kecamatan Samarinda Seberang, Kelurahan Baqa dan
Kelurahan Masjid yang biasa dikenal dengan sebutan Kampung Bugis, dan oleh
Pemkot Samarinda diberi julukan Kapung Seribu Benang. Lokasi ini juga menjadi
lokasi pemasaran. Yang artinya para konsumen yang hendak membeli hasil produksi
ini dapat langsung datang ke daerah ini melakukan transaksi secara langsung
dengan para pengrajin dan atau melalui para kollektor sebagai tangan kedua.
Tangan kedua adalah pengrajin atau non-pengrajin yang biasanya
mendatangi rumah para pengrajin membeli sarung-sarung hasil produksi dengan
harga partai kemudian membawa sarung-sarung tersebut keluar dari daerah ini ke
tempat lain seperti ke Samarinda Kota, Bontang, Pulau Jawa, Malaysia, hingga ke
Timur Tengah dan Asia Selatan. Atau sekedar membawa ke kota dan menjualnya ke
beberapa instansi seperti perkantoran dan pusat perdagangan cinderamata.
•
Inventarisasi
ATBM (Alat Tenu Bukan
Mesin) atau disebut Bola-bola dengan perangkat seperti are’, jakka,
boung, kadera, paleppa’, pappatane’, pallaca’, bingka’, binreng, tarofeng. Di
samping itu juga terdapat peralatan penunjang proses produksi di anataranya bulo-bulo,
jencara, rweng, tadangeng rweng, pappali’ listrik.
•
Kemungkinan pengembangan usaha
Bicara
masalah pengembangan usaha, pertanyaannya yang muncul adalah “Apakah usaha
pertenunan Sarung Asli Samarinda ini dapat dikembangkan?”, tentu saja
jawabannya, “Ya!”.
Alasannya,
usaha ini memiliki prospek yang sangat baik. Selain para pengrajinnya dengan
tulus terus berusaha mempertahankan kerajinan khas Suku Bugis ini, pemerintah
Kota Samarinda melalui Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota
Samarinda terus berupaya merangkul para pengrajin Sarung Tenun untuk
mengembangkan usahanya. Dukungan itu berupa pemberian pinjaman modal usaha
tanpa agunan serta pemberian bantuan modal cuma-cuma kepada para pengrajin yang
biasanya diberikan melalui acara seminar penyuluhan dan pelatihan pengembangan
usaha kecil menengah. Selain itu, Pemerintah Kota Samarinda juga memberikan
andil yang cukup besar dalam kegiatan promosi. Hal ini terlihat dari peraturan
yang digagas oleh Wali Kota Samarinda Bpk H. Sjaharie Jaang yang menginstruksikan
kepada seluruh pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah Kota Samarinda
untuk membudayakan mengenakan seragam dengan bahan atau motif dari Sarung Tenun
asli Samarinda pada hari kerja tertentu.
•
ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA
•
Struktur organisasi (Prosedur dan
job diskribtion)
Sebagai sebuah Home
Industry, usaha ini tidak memiliki struktur organisasi layaknya usaha besar
yang terorganisasi. Hanya ada owner/pemilik modal dan seorang penenun.
Terkadang penenunnya tidak lain adalah anak-anak mereka sendiri.
•
Jumlah dan kualitas SDM
Jumlah pekerja
tergantung banyaknya modal dan banyaknya ATBM yang dimiliki. Seorang owner atau
pemilik modal biasanya memiliki 1-3 buah ATBM di setiap rumah yang berarti ada
3 orang penenun.
Bicara kualitas SDM,
tidak ada lulusan bertitel S1, S2 apalagi S3. Kebanyakan dari para penenun
termasuk owner hanya lulusan SD hingga SMA. Keterampilan menenun didapatkan
secara turun menurun dan otodidak.
•
Training
Tidak ada training
dalam perekrutan pekerja. Namun Pemerintah Kota Samarinda melalui Dinas
Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Samarinda kerap menghimpun para
pengrajin Sarung Tenun Asli Samarinda untuk mengikuti pelatihan dan penyuluhan
tentang bagaimana meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil produksi agar dapat
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga.
•
Kesra (Upah, Jaminan Keselamatan)
Tidak ada jaminan
keselamatan atau asuransi apapun. Upah bagi penenun adalah sebesar Rp 35.000
perlembar. Satu kali proses produksi berkisar antara 20 sampai 50 lembar. yang
bisa dirampungkan selama satu hingga dua bulan. Satu lembar sarung dapat
diselesaikan sekitar 1-2 hari.
•
ASPEK HUKUM/YURIDIS
•
Perizinan
Tidak ada
•
Kontrak
Tidak ada
•
ASPEK SOSIAL EKONOMIS
•
Dampak ekonomis
Dapat menjadi
penopang kebutuhan rumah tangga. Meningkatkan pendapatan dan penghasilan para
pengrajin sarung tenun. Mengembangkan kehidupan perekonomian masyarakat.
•
Dampak sosial
Memberikan lapangan pekerjaan
kepada anak-anak putus sekolah dan para ibu-ibu rumah tangga. Menjalin hubungan
silaturahmi antar sesama masyarakat dan masyarakat dengan pemerintah. Serta
ikut melestarikan budaya bangsa.
No comments:
Post a Comment
Leave a comment, please.......:)