Thursday, January 16, 2014

SARUNG TENUN ASLI SAMARINDA SEBAGAI HOME INDUSTRI


Sarung Tenun Asli Samarinda adalah salah satu ikon kota Samarinda. Produk ini bahkan telah menjadi produk unggulan dan cinderamata khas dari Kota Tepian. Usaha pertenunanan sarung asli samarinda merupakan salah satu komiditi urat nadi perekonomian masyarakat Kota Samarinda, khusunya bagi masyarakat di Kecamatan Samarinda Seberang yang kemudian mendapat julukan “Kampung Seribu Benang”. Masyarakat di daerah ini banyak ditinggali oleh masyarakat keturunan Bugis Wajo dari Sulawesi Selatan yang telah mendiamin kawasan ini lebih dari 350 tahun. Kecamatan Samarinda Seberang khususnya Kelurahan Baqa dan Kelurahan Masjid adalah sentra pengrajin Sarung Tenun Asli Samarinda. Bahkan di salah satu tempat yang bernama Gang Pertenunan dan Gang Karya Muharram, hampir 90% penduduknya bekerja sebagai pengrajin Sarung Tenun Asli Samarinda. Usaha ini tergolong usaha Home Industri karena masih dilakukan secara manual dalam kisaran modal yang tidak terlalu besar dan dikerjakan oleh orang perorang dengan modal pribadi di rumah rumah warga.
Peralatan yang digunakan adalah ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) atau dalam bahasa Bugis disebut Bola-bola. Kapasitas peralatan yang dipakai tidak terlalu banyak dan tidak sulit dalam memperolehnya. Meskipun peralatan khusus ini tidak ditemukan dijual di toko manapun, akantetapi untuk mendapatkannya bisa melalui pemesanan pembuatan. Pemesanannya tidak bisa sembarangan. Biasanya hanya kepada tukang kayu yang sudah berpengalaman membuat bola-bola. Kabanyakan dari mereka adalah pengrajin khusus dari Tanah Bugis (Sulawesi Selatan).
Peralatan yang digunakan untuk proses produksi Sarung Tenun Asli Samarinda pada umumnya terbuat dari bahan kayu ulin yang cenderung awet dan tahan lama sehingga dapat dipakai untuk beberapa kali proses produksi hingga berpuluh tahun. Hal ini menyebabkan alat ini menjadi sangat efektif dan efisien.
Peralatan produksi meliputi seperangkat ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) yang terdiri dari Bola-bola, are’, jakka, boung, kadera, paleppa’, pappatane’, pallaca’, bingka’, binreng. Dari semua onderdil tersebut yang harus diganti tiap satu kali proses produksi adalah binreng dan bingka’. Sedangkan onderdil seperti jakka dan are’ yang terbuat dari besi/logam perlu diberi pelumas beberapa hari sekali agar dapat berfungsi secara optimal. Untuk urusan estetika hanya diperlukan cat minyak atau cat air untuk memberi sentuhan warna menarik pada ATBM.
Pengembangan peralatan dapat diterapkan pada beberapa item saja, artinya tidak semua perlu dikembangkan (diganti). Dikarenakan produk ini merupakan kerajinan khas daerah yang harus tetap mempertahankan sisi kulturasi agar tidak tergeserkan oleh perkembangan jaman. ATBM yang selam ini digunakan terbuat dari bahan kayu tentunya tidak boleh digantikan dengan bahan logam apalagi sampai digantikan oleh mesin. Sedangkan perangkat lain yang sedikit mengalami modifikasi adalah bulo-bulo yang tadinya terbuat dari bambu kecil yang mudah remuk, diganti dengan pedati dari bahan plastik keras agar tidak mudah pecah, sedangkan alat pemintal benang manual (pappali’) kini tersedia pemintal listrik. Namun kedua alat ini tentunya memerlukan tambahan dana lagi, sehingga belum semua pengrajin mau beralih  menggunakannya.
Lokasi usaha pada umumnya berkonsentrasi di Kecamatan Samarinda Seberang, Kelurahan Baqa dan Kelurahan Masjid yang biasa dikenal dengan sebutan Kampung Bugis, dan oleh Pemkot Samarinda diberi julukan Kapung Seribu Benang. Lokasi ini juga menjadi lokasi pemasaran. Yang artinya para konsumen yang hendak membeli hasil produksi ini dapat langsung datang ke daerah ini melakukan transaksi secara langsung dengan para pengrajin dan atau melalui para kollektor sebagai tangan kedua. Tangan kedua adalah pengrajin atau non-pengrajin yang biasanya mendatangi rumah para pengrajin membeli sarung-sarung hasil produksi dengan harga partai kemudian membawa sarung-sarung tersebut keluar dari daerah ini ke tempat lain seperti ke Samarinda Kota, Bontang, Pulau Jawa, Malaysia, hingga ke Timur Tengah dan Asia Selatan. Atau sekedar membawa ke kota dan menjualnya ke beberapa instansi seperti perkantoran dan pusat perdagangan cinderamata.
ATBM (Alat Tenu Bukan Mesin) atau disebut Bola-bola dengan perangkat seperti are’, jakka, boung, kadera, paleppa’, pappatane’, pallaca’, bingka’, binreng, tarofeng. Di samping itu juga terdapat peralatan penunjang proses produksi di anataranya bulo-bulo, jencara, rweng, tadangeng rweng, pappali’ listrik.
Bicara masalah pengembangan usaha, pertanyaannya yang muncul adalah “Apakah usaha pertenunan Sarung Asli Samarinda ini dapat dikembangkan?”, tentu saja jawabannya, “Ya!”.
Alasannya, usaha ini memiliki prospek yang sangat baik. Selain para pengrajinnya dengan tulus terus berusaha mempertahankan kerajinan khas Suku Bugis ini, pemerintah Kota Samarinda melalui Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Samarinda terus berupaya merangkul para pengrajin Sarung Tenun untuk mengembangkan usahanya. Dukungan itu berupa pemberian pinjaman modal usaha tanpa agunan serta pemberian bantuan modal cuma-cuma kepada para pengrajin yang biasanya diberikan melalui acara seminar penyuluhan dan pelatihan pengembangan usaha kecil menengah. Selain itu, Pemerintah Kota Samarinda juga memberikan andil yang cukup besar dalam kegiatan promosi. Hal ini terlihat dari peraturan yang digagas oleh Wali Kota Samarinda Bpk H. Sjaharie Jaang yang menginstruksikan kepada seluruh pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah Kota Samarinda untuk membudayakan mengenakan seragam dengan bahan atau motif dari Sarung Tenun asli Samarinda pada hari kerja tertentu.

No comments:

Post a Comment

Leave a comment, please.......:)

Wahai Diriku....

Dzikir inilah yang setiap hari paling sering kita lafadzkan....

Suamiku....suamiku
Istriku.......istriku
Anakku......anakku
Hartaku.....hartaku
Pangkatku...pangkatku

Lalu mana....
Allah-ku......Allah-ku
Selamatkan aku...Selamatkanlah aku
Ampuni aku......Ampunilah aku


uje - - - huruf kecil saja